![]() |
UN/sekolahindonesia.edu |
Pengumuman hasil Ujian Nasional (UN) siswa SMA/SMK/MA tahun ini kembali diwarnai ketegangan dan perdebatan karena banyak siswa yang tidak lulus. Kebijakan UN perlu ditata dan ditempatkan pada prinsip yang benar agar tidak terus-menerus bagai bennang kusut dan membuat pendidikan bergerak maju.
Sejak diberlakukan tahun 2004, kebijakan UN seperti tak kunjung henti menimbuilkan pro-kontra. Menimbulkan gejolak, perdebatan, dan keresahan, sampai tuntutan ke pengadilan. Namun pelaksanaan UN tahun ini menimbulkan ketegangan yang lebih tinggi karena pelaksanaannya dipercepat, sehingga banyak sekolah, guru, dan siswa yang merasa tidak siap. Di berbagai kota siswa melaksanakan istighosah dan doa bersama, banyak yang sampai menangis-nangis, bahkan jatuh pingsan, seperti menghadapi sebuah musibah. UN bagai “hantu” yang begitu menakutkan. Gejala yang sungguh tidak sehat.
Begitu pula menjelang pengumuman pada akhir April. Suasana tegang dan tidak pasti mewarnai siswa maupun guru-guru di sekolah. Dan ketika hasil UN diumumkan, kembali banyak siswa yang mengalami guncangan, histeris, jatuh pingsan, dan ngamuk.